Mar 28, 2013

Ini Sepakbola, Bung....


SANGAT provokatif ketika koran sore Sinar Harapan memakai headline “Hakikat Sepak Bola itu Kemenangan” pada edisi Senin, 18 Maret 2013. Namun seandainya provokatif, tendensius, dan berlebihan, minimal bisa menarik kocek saya untuk membelinya. Statemen itu mengutip pernyataan kolumnis sepakbola Indonesia, yang sudah almarhum, Kadir Yusuf.

Semula saya menolak mentah-mentah sinyalemen yang “sederhana” itu. Kalau diteruskan, maka sebuah tim hanya mengejar kemenangan semata, tanpa ada jiwa seninya. Maka berterimakasihlah kepada Maradona, Zidane, Messi, dan barangkali Andik Virmansyah, merekalah yang memasukkan unsur keindahan dalam gocekan bolanya.

Kalau “hakikat sepakbola adalah kemenangan” diteruskan, maka bisa-bisa yang menggelora adalah asal menang. Sehingga bisa muncul negatif footbal. Ibaratnya Chelsea yang menaruh bis di depan gawangnya –saat melawan Barca di ajang Champion 2012 lalu. Yang penting menang, alias menghalalkan segala cara. Tapi hati ini serasa hipokrit ketika menonton PSSI lawan Arab Saudi hari Sabtu (23 Maret) lalu. Kok ndilalah, bola yang dikuasai terus menerus oleh Arab, menit kelima jatuh ke Boas Salossa, dan gol dengan dua sentuhan.

Indonesia unggul 1-0 pada menit kelima. Bayangan saya, biarlah pertandingan dikuasai Arab, yang penting Indonesia menang. Tapi ternyata, hukum alam –alias ciptaan Tuhan-berlaku. Mereka yang berusaha lebih banyak, hasilnya lebih gedhe juga. Arab mendominasi, dan merekalah yang menang.

Seperti melihat pertandingan Italy lawan Belanda dulu tahun 2000 di Piala Eropa. Dominasi total football dalam pertandingan tersebut takluk dengan grendel catenaccio Italia. Saya berharap demikian adanya pertandingan PSSI kemarin. Tapi lagi-lagi apa daya. Keberuntungan berpihak kepada mereka sang penguasa –maksudnya yang menguasai pertandingan.

Pelatih legendaris Indonesia asal Belanda, mister Wiel Coerver (1924-2011), yang pernah melatih Indonesia tahun 1975-1976 pernah mengatakan, inti sepakbola adalah memenangkan duel satu lawan satu. Pernyataan Kadir Yusuf tadi bila dituliskan secara lengkap adalah: Inti dari sepak bola adalah bagaimana mencetak gol lebih banyak ke gawang lawan –daripada tim lawan mencetak gol ke gawang kita.

Seminggu sebelumnya, kepengurusan PSSI bisa “reuni” dengan hanya satu bond di tanah air (Ahad, 17 Maret). Ini salah satu bentuk kemenangan yang kompromis. Ketika La Nyalla Mattalitti (Ketua KPSI alias Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia) mau menjadi Wakil Ketum PSSI dibawah Djohar Arifin. Jadi inti sepakbola adalah kompromi bukan.....

Selain itu, dan pasti, hakekat sepakbola adalah berbuat baik. Ini yang tampaknya kurang dari pemain sepakbola. Semangat mencederai lawan, semangat yang berlebihan dalam merayakan gol di hadapan lawan, itu bukan semangat yang betul.  Coba pelajari bagaimana seorang Christian Ronaldo tidak mau merayakan golnya di depan publik Manchester, karena mungkin takut melukai perasaan mantan klubnya. Atau bagaimana CRonaldo tidak mau bertukar kaos dengan pemain Israel, karena takut menyinggung tanah Palestina –tuan rumah sebenarnya- di atas stadion tersebut.

Sepakbola adalah refleksi kehidupan ini bro. Sabar dan syukur salah “dua”nya. Sabar dalam menguasai pertandingan, dan syukur atas gol yang diciptakan.